Senin, 26 September 2022
ANTIFON PEMBUKA – Ayub 1:21
Tuhan telah memberi. Tuhan telah mengambil. Seturut kehendak Tuhanlah semuanya terjadi. Terpujilah nama-Nya.
PENGANTAR:
Orang dalam kesulitan cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang mengalami segalanya dengan lancar. Orang bertanya, ‘Mengapa aku? Di manakah Allah? Mengapa Dia membiarkan semua ini terjadi?’ Satu-satunya jawaban dalam situasi demikian ialah: menerima bahwa bukan Allahlah yang menimpakan malapetaka padanya, dan tetap percaya, bahwa Allah mengharapkan penyerahan diri seutuhnya. Dalam situasi tidak berbahaya dan serba malang terdapat kesempatan untuk melayani orang lain dengan gembira.
DOA PEMBUKA:
Marilah bedoa: Allah Bapa kami yang mahakudus, terpujilah nama-Mu, karena Engkau telah memberi kami napas kehidupan dan tempat tinggal berkat sabda Putra-Mu terkasih. Kami mohon, semoga telinga kami tetap terbuka, agar dapat mendengarkan segala sabda-Mu. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, ….
BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kitab Ayub 1:6-22
“Kesalehan Ayub dicoba.”
Pada suatu hari anak-anak Allah datang menghadap Tuhan, dan di antara mereka datanglah juga iblis. Maka bertanyalah Tuhan kepada iblis, “Dari manakah engkau?” Jawab iblis, “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.” Lalu bertanyalah Tuhan kepada iblis, “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tidak seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Lalu jawab iblis kepada Tuhan: “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.” Maka firman Tuhan kepada Iblis: “Nah, segala yang dipunyai ada dalam kuasamu. Hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Kemudian pergilah iblis dari hadapan Tuhan. Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum angur di rumah saudara mereka yang sulung, datanglah seorang persuruh kepada Ayub dan berkata: “Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” Sementara ornag itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun. Rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembahnya, katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 17:1,2-3,6-7
Ref. Condongkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah bebaskan daku.
- Dengarkanlah, Tuhan, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu.
- Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang benar. Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur.
- Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku. Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak.
BAIT PENGANTAR INJIL:
U : Alleluya, alleluya
L : (Mrk 10:45) Anak Manusia datang untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua orang.
BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 9:46-50
“Yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar.”
Sekali peristiwa timbullah pertengkaran di antara para murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Barangsiapa menerima anak ini demi nama-Ku, dia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku. Sebab yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar.” Pada kesempatan lain Yohanes berkata, “Guru, kami melihat seseorang mengusir setan demi nama-Mu, dan kami telah mencegahnya, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus menjawab, “Jangan kalian cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kalian, dia memihak kalian.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus
RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Thomas Suratno SCJ
Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.
Sahabat Resi Dehonian terkasih, jumpa kembali dengan saya, Romo Thomas Suratno, SCJ dari komunitas SCJ Jakarta Indonesia dalam Renungan Singkat-dehonian edisi hari ini Senin, 26 September 2022 – Hari Biasa dalam Pekan Biasa XXVI. Bersama saya marilah kita mendengar dan merenungkan sabda Tuhan, yakni firman Tuhan yang tersurat dalam INJIL: Luk 9:46-50.
Sahabat Resi yang terkasih, ada sebuah kesaksian yang mengatakan bahwa pernah dalam suatu perjalanan di Kalimantan, beberapa umat mengantar pastor tamu pergi ke stasi yang agak jauh dari pusat paroki. Di antara pengantar itu, ada seorang anak kecil yang ikut. Semua orang menikmati perjalanan itu hingga rombongan tiba di sebuah jembatan darurat. Sopir mempersilahkan semua penumpang turun dan berjalan kaki ketika melintasi jembatan itu. Tapi, si anak kecil tidak ikut turun. Ia malah duduk di samping sang sopir. Melihat hal itu, pastor yang sudah berjalan beberapa langkah kembali lagi untuk menjemput. ”Turun Nak, mari ikut berjalan bersama Romo. Biar sopirnya saja yang membawa mobil”, kata pastor. Tapi, anak itu tetap tidak mau. Sang Pastor mengalah. Dengan penuh rasa khawatir, pelan-pelan dia kembali berjalan menuju ke seberang. Karena penasaran, sampai di seberang pastor bertanya kepada salah seorang umat yang sudah tiba, ” Siapa anak itu?” Jawab umat itu, ” Dia anaknya sopir Romo”.
Sahabat Resi yang terkasih, warta Injil hari ini menceritakan di mana para murid Yesus bertengkar karena mereka meributkan siapa yang berhak menjadi pemimpin di antara mereka. Membaca pikiran mereka, Yesus menampilkan anak kecil untuk mengajarkan mereka tentang pentingnya kerendahan hati jika para murid ingin menjadi pemimpin yang sejati. ” Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar” (Luk 9:48).
Sahabat Resi yang terkasih, para murid memang memiliki ambisi-ambisi tertentu. Mereka memiliki harapan bahwa sekiranya Yesus menjadi raja manusiawi maka mereka akan mendapat tempat istimewa. Yesus mengoreksi mereka supaya jangan hidup dalam ambisi-ambisi negatif. Kalau mau menjadi besar, maka hendaklah menjadi kecil, supaya lebih bebas mengabdi. Hidup sebagai pribadi yang suka iri hati dan cemburu tidaklah berguna.
Sahabat Resi yang terkasih, tadi kita mendengar bahwa Yesus menempatkan anak kecil di samping-Nya. Mengapa Yesus memakai anak kecil sebagai sarana pengajaran tentang kerendahan hati? Pasti karena unsur-unsur kerendahan hati paling gampang dilihat pada diri seorang anak kecil. Kerendahan hati adalah suatu kesadaran bahwa tanpa Allah maka hidup kita tidak bermakna. Orang yang rendah hati percaya penuh kepada Allah. Ia tergantung sepenuhnya kepada Allah. Seorang anak kecil memiliki semua itu. Anak kecil tidak sekadar ”yakin”, tetapi ”percaya”. Ia percaya penuh kepada orangtuanya dan tergantung total pada orangtuanya. Kepercayaan itu membuat dia tidak pernah khawatir selagi orangtuanya ada di dekatnya.
Sahabat Resi yang terkasih, dalam Injil tadi juga Yesus mengoreksi para muridNya yang berpikir bahwa mereka adalah seolah-olah menjadi pemilik keselamatan. Yohanes melaporkan kepada Yesus bahwa ia melihat orang lain mengusir setan dalam nama Yesus dan berhasil maka mereka melarang supaya orang itu jangan melakukannya. Tetapi Yesus melarang mereka untuk tidak boleh mencegahnya karena dia ada di pihak Tuhan. Ia tidak melawan Yesus dan para muridNya. Banyak kali kita juga berlaku demikian dengan klaim tertentu seperti Yesus adalah milik kita. Tuhan Yesus justru menghendaki agar diriNya dikenal hingga ujung dunia. Kita hendaknya lebih terbuka lagi kepada Tuhan dan sesama.
DOA: Ya Tuhan, syukur dan puji aku panjatkan kepadaMu karena Engkau senantiasa setia kepada-ku. Semoga aku pun setia di dalam hidup dan panggilanku dan semoga aku menjadi semakin rendah hati dengan senantiasa percaya dan bergantung pada-Mu. Amin.
Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN:
Allah Bapa kami yang mahabaik, perkenankanlah kami menjadi putra dan putri-Mu setiap kali ikut serta dalam perjamuan Putra-Mu, yang hidup ….
ANTIFON KOMUNI – Ayub 1:21b.22
‘Tuhan yang memberi. Tuhan yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan.’ Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa, Dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
DOA SESUDAH KOMUNI:
Marilah berdoa: Allah Bapa kami yang mahakuasa, janganlah kiranya kami sampai dikuasai kejahatan, tetapi perkenankanlah kami menjadi putra dan putri-Mu, yang merasa bebas dan bantu-membantu dalam menangani segala sesuatu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
Resi-Senin 26 September 2022 oleh Rm. Thomas Suratno SCJ dari Komunitas SCJ Jakarta Indonesia
Sumber https://resi.dehonian.or.id/2022/09/24/senin-26-september-2022-hari-biasa-pekan-xxvi/
Podcast: Play in new window | Download