MELEPASKAN KEHORMATAN DIRI
Ada seorang pejabat tinggi yang tiba-tiba datang ke sebuah tempat yang kumuh. Tanpa memandang bahwa dirinya seorang pejabat, ia ingin berjumpa dengan seorang bapak yang telah menyelamat nyawa anaknya.
Pejabat tinggi ini masuk rumah yang kumuh, kotor dan berbau busuk serta mencium tangan bapak penyelamat anaknya. Ini mirip adegan Priamus, ayah Paris yang mundhuk-mundhuk (minta dengan sangat) kepada Achilles untuk mengambil jenazah Hektor (Bdk. “Mitologi Yunani” tulisan Edith Hamilton, hlm. 178).
Demi orang yang dikasihi atau demi kesembuhan, kadang orang rela berbuat apa saja, tanpa memandang jabatan atau martabatnya. Naaman, seorang panglima raja Aram adalah orang yang sangat terpandang. Dan ia mau diperintah seorang Nabi untuk mandi di sungai Yordan. Dan sembuh, “became clean like that of a young boy” – sembuhlah dirinya dan pulih, tubuhnya kembali seperti anak dan ia menjadi tahir (2 Raj 5: 14).
Diogenes dari Sinope (meninggal 323 seb. M) dikenal dengan sebutan “si anjing” (dalam bahasa Yunani kunikos yang berarti anjing). Hal itu dikarenakan ia sangat berani dalam menyatakan pandangannya layaknya seekor anjing yang menyalak.
Suatu hari ia ditangkap oleh perampok dan dijual sebagai budak. Namun, ketika berada di pasar budak, Diogenes pun berkata, “Juallah aku ke orang itu. Dia membutuhkan seorang budak!” (William Barcley dalam bukunya yang berjudul, “Pemahaman Alikitab Setiap Hari – Injil Markus”, hlm. 209). Berani mengucapkan kata-kata seperti Dionegenes itu, diperlukan pelepasan kehormatan. Dan itu bukan perkara gampang.
Selasa, 8 Januari 2018
Markus Marlon
Sumber KatolikIndonesia@yahoogroups.com penulis Markus Marlon <markus_marlon@yahoo.com>