BERANI KELUAR DARI GROUP WA YANG TIDAK BERMANFAAT
Suatu kali saya bertanya kepada salah seorang aktivis group WA, “Apa manfaat ikut group WA?”
Jawabnya, “Awalnya, saya dimasukkan teman kelas. Wau, senang sekali bisa ketemu nama-nama yang pernah kukenal waktu sekolah!”
Tetapi berjalannya waktu, ada rasa jenuh, karena topik pembicaraannya itu-itu saja. Kalau ada yang HUT, seolah-olah kita harus “Setor ucapan HUT” dan kadang-kadang kalau salah bicara malah di-bully.
Lalu saya tanya lagi, “Kalau dipikir-pikir banyak manfaatnya atau mudharatnya?” Jawabnya, “Saya sebenarnya mau keluar dari group itu, tetapi tidak enak dengan teman-teman, nanti dikira sombong. Karena selama ini, saya memang hanya pasif dan setiap malam clear all dari chating-chating di group tersebut.”
Pada penghujung tahun ini, mungkin baik kita berefleksi tentang “membuang sesuatu yang tidak perlu.” Ini seperti yang dikatakan oleh Michelangelo (1475 – 1564), “Dalam menciptakan masterpiece yang saya lakukan adalah membuang sesuatu yang tidak perlu.” Tambahnya lagi, “Pieta ini awalnya adalah segelontor marmer, saya memahatnya dan membuang sesuatu dari marmer itu yang tidak perlu”.
Memang, ada group WA yang bisa bertahan lama karena di sana ada: saling menghormati, meng-upload karya-karya original dan diapresiasi. Dari sana masing-masing anggota merasa nyaman berekspresi dan merasa dikuatkan dan diteguhkan.
Benar apa yang dikatakan Pepatah Latin, “Non multa, sed multum” – bukan jumlahnya yang banyak, tetapi mutunya. Kita tidak perlu memunyai banyak group WA, satu atau dua saja, tetapi yang berkualitas.
jumat, 29 Desember 2017
Markus Marlon
Sumber KatolikIndonesia@yahoogroups.com penulis Markus Marlon <markus_marlon@yahoo.com>